Kelompok 3PA22
Nama Kelompok:
Aena Nafulani
Evi Agustini
Deby Damayanti
Miratania Utami Dewi
Vina Tresna Utami
Di
balik kata psikologi, ada cerita cinta antara Psyche dan Eros. Cerita Psyche
dalam mitologi Yunani ini dianggap mewakili perjuangan manusia untuk mengejar
kebahagiaan. Dalam bahasa Yunani, Psyche berarti jiwa dan sering digambarkan
sebagai kupu-kupu.
Siapakah sosok dari dewi pscyhe?
Dewi pscyce Psyche adalah putri bungsu
seorang maharaja. Kecantikan lahir batinnya membuat banyak manusia dari segenap
penjuru dunia rela menempuh perjalanan panjang sekedar untuk mencuri pandang
dan mengaguminya. Venus atau Aphrodite selaku dewi kecantikan pun iri padanya
karena pemujian manusia terhadap Psyche melalaikan mereka dari pemujaan
terhadap Venus. Venus kemudian meminta anaknya, Cupid atau Eros sang dewa
cinta, untuk membuat Psyche terjatuh cintanya pada mahluk paling menjijikkan di
dunia.
Cupid pun merekayasa orang tua Psyche
untuk meninggalkan Psyche di sebuah puncak bukit dimana ia akan ditunangkan
dengan seekor ular buruk rupa lagi keji tak tak terperi. Psyche
meratapi nasibnya namun pasrah pada takdir karena meskipun ia cantik namun saat
itu tak satupun manusia yang jatuh cinta padanya dan tampaknya hanya ular
itulah yang bersedia berbagi hidup dengannya. Karena kesibukannya Venus
pun mulai melupakan Psyche. Sementara itu Cupid yang terpana melihat
kecantikan Psyche tanpa sengaja tergores anak panahnya sendiri. Anak
panah Cupid mengandung cairan racun yang amat licin sehingga mampu
menggelincirkan cinta seseorang. Cupid jatuh cinta pada Psyche. Tinimbang
membawa Psyche pada monster, Cupid membawanya ke istana Cupid dan memperistri
Psyche. Karena Psyche bukanlah dewi maka Cupid tidak memberi Psyche kesempatan
untuk mengetahui jati diri Cupid atau bahkan sekedar melihat rupanya. Cupid
hanya mendatangi Psyche ketika malam melarut dan meminta Psyche bersumpah untuk
tak kan memandang wajahnya. Bersama Cupid, Psyche hidup dalam kebahagiaan
berselimut misteri.
Saudari-saudari Psyche iri melihat
kemegahan istananya dan berkonspirasi untuk menghancurkan kebahagiaannya.
Mereka menghasut Psyche dengan menyatakan bila suaminya sangat merahasiakan
identitas dan penampilannya maka pasti ada sesuatu yang salah dengan
suaminya. Akhirnya Psyche tak mampu lagi menanggung ketidakpastian jati
diri dan rupa suaminya. Suatu malam ketika Cupid tidur maka Psyche mengendap-endap
membawa lampu teplok untuk melihat rupa Cupid. Betapa terkejutnya Psyche ketika
bukan monsterlah yang ditemuinya melainkan seorang tampan yang
setampan-tampannya hingga kata tampanpun tak mampu lagi mewakili ketampanannya. Tangan
Psyche terkulai gemeletar. Kegemetaran itu membuat semprong dan
minyak lampu teplok tumpah dan membakar dada bidang Cupid. Ketika Cupid bangun
dan mendapati istrinya melanggar sumpah ia pun bergegas pergi.
Dalam derita batin karena melanggar
sumpah, melukai Cupid, dan kehilangan Cupid, Psyche bersumpah akan membuktikan
pada Cupid how much she loves him dengan
menghabiskan sisa hidupnya mencari Cupid. Dia memohon pertolongan pada semua
dewa namun tak satupun membantu karena takut dimurkai Venus. Akhirnya dalam keputusasaannya
ia memohon pertolongan Venus.
Cupid mengadu pada ibunya dan memintanya
untuk menghapus lukanya. Ketika Venus mendengar Cupid menikahi Psyche dan
Psyche menghianati sumpahnya maka Venus berniat menghukum berat Psyche. Saat
Psyche memohon ampunan pada Venus maka Venus mencercanya dan menyatakan bahwa
keampunan hanya dapat didapatkan setelah Psyche menunaikan beberapa tugas.
Tugas-tugas tersebut mustahil untuk ditunaikan namun Psyche berharap dalam
usahanya memenuhi tugas ia akan berjumpa kembali dengan cintanya yang hilang.
Dalam ujian pertama Venus mencampur biji-bijian, tepung dan jewawut dalam satu
ember dan memberi Psyche waktu hingga tengah malam untuk mengelompokkan
masing-masing butiran halus tersebut. Psyche nyaris putus asa namun sekelompok
semut yang terharu melihat sungai air mata di lembut pipinya membantunya
mengklasifikasikannya. Melihat hal itu tambah murkalah kemarahan
Venus.
Keingintahuan Psyche dan pencariannya
terhadap pengetahuan (tentang jati diri dan rupa Venus) dan cinta merupakan
symbol semangat keingintahuan kita terhadap manusia dan kemanusiaan. Kisah Psyche
merupakan contoh dari berbagai
fenomena yang ingin kita pelajari: rasa ingin tahu, kedengkian, altruisme,
ketabahan dan tentu saja, Cinta.
Di atas segalanya kisah tersebut adalah
symbol bahwa apa yang ingin kita pahami mungkin tidak akan sepenuhnya
tertangkap namun ada satu hal yang tidak dapat dirampas dari diri kita: the human spirit. Sesukar apapun Psyche
tetap bertahan dalam pencariannya terhadap hal yang akan melengkapkan jiwanya. Love and soul…had sought and, after some
trials,found each other, and that union could never be broken (Hamilton in
mythology, 1942).
Diterjemahkan
secara hiperbolis dari In Search of Human Mind (Sternberg, 1998)
Dalam Bahasa Yunani, kata
"psyche" selain bermakna "jiwa", juga berarti
"kupu-kupu." Kupu-kupu merupakan simbol alam dari transformasi dan
perkembangan yang luar biasa, sebagaimana ungkapan dalam Bahasa Inggris: "Just when the caterpillar thought the
world was over, it became a butterfly." Semoga kita selaku pegiat
psikologi dapat mendukung para "caterpillar" untuk bersabar menjalani
metamorfosis, melalui berbagai masalah, tantangan dan pembelajaran, sebelum
akhirnya menjadi "butterfly" yang indah dan dapat terbang
mengangkasa.
Dari cerita tentang dewi psyche
diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa Pscyche merupakan anak dari seorang
maharaja yang sangat cantik sehingga membuat iri Aphrodite (Dewi venus).
Aphrodite ialah orangtua atau ibu dari Eros
atau yang sering dikenal dengan sebutan Cupid. Saat Cupid ingin melaksanakan tugas dari Aphrodite, namun Cupid tertusuk anak panahnya. Alhasil Cupid
menjadi jatuh cinta dengan Psyche.
Cerita
Psyche dalam mitologi Yunani ini dianggap mewakili perjuangan manusia untuk
mengejar kebahagiaan. Dalam bahasa Yunani, Psyche berarti jiwa dan sering
digambarkan sebagai kupu-kupu. Kata psikologi sendiri mulai dipakai saat konsep
jiwa dan pikiran masih belum dibedakan. Akar katanya, ologi berarti ilmu
saintifik yang mempelajari. Sehingga psikologi berarti ilmu sains yang
mempelajari pikiran. Suatu ilmu disebut sains hanya jika dipelajari dengan
mengobservasi fenomena. Pikiran itu sendiri tidak bisa diobservasi secara
langsung. Oleh karena itu, definisi psikologi diperluas menjadi ilmu sains yang
mempelajari pikiran dan perilaku. Dunia ilmuwan Barat baru memasukkan psikologi
ke dalam disiplin akademis pada akhir abad 19. Sebelumnya, segala hal tentang
pikiran dimasukkan ke dalam ilmu filosofi.
Sumber :